Rabu, 05 Oktober 2011

Belajar Gitar klasik



07
Dec
09

Belajar Gitar Klasik

Semenjak kemunculan acoustic fingerstyle guitarist Indonesia, Jubing Kristianto, rasanya bermain gitar klasik terasa lebih menarik untuk dipelajari. Setidaknya karena dua alasan berikut:
  1. Panggilan jiwanya untuk menjadi gitaris profesional membuatnya meninggalkan pekerjaannya sebagai wartawan sebuah tabloid yang sudah lama digelutinya. Tentu ia begitu mencintai alat musik ini dengan beragam bunyi dan komposisi lagu yang bisa dihasilkan dari gitar. Tidak sedikit penghargaan yang sudah diraihnya.
    • Kagum rasanya melihat musisi profesional yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk menggeluti musik. Musik sebagai profesi utama. Dan untuk yang satu ini kawan, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk berlatih. Misalnya saja, menurut sebuah referensi, untuk menjadi pemain biola profesional dibutuhkan waktu berlatih setidaknya 7-8 jam sehari! Persis seperti orang kantoran. Saya rasa tidak jauh berbeda juga untuk alat musik lainnya. Sampai berapa lama? Jika ingin menjadi outliers, setidaknya lakukanlah minimal selama 10 tahun (horeee!).
    • Bergantung pada motivasi Anda bermain musik, Anda dapat menentukan besarnya pengorbanan (waktu, biaya, dan sebagainya) yang akan Anda lakukan. Bagi saya yang tidak bercita-cita menjadi musisi profesional, rasanya cukuplah belajar dan melancarkan permainan setengah sampai 1 jam sehari. Satu jam terasa sudah cukup mewah. Lumayan, selain menghibur diri, rasanya bisa sekalian senam otak :)
    • Kapan waktu terbaik untuk berlatih, dan bagaimana? Setiap orang punya waktu-waktu tertentu yang dirasa optimal untuk berlatih musik. Bagi saya, waktu itu adalah pagi hari, saat pikiran dan tenaga masih segar. Berhubung saat berlatih banyak melakukan kesalahan :P , maka pikiran yang segar dan mood yang baik akan sangat membantu. Selain itu, sebelum mulai bekerja (dan berpikir), senam otak di pagi hari akan membantu ‘membangunkan’ dan menyiapkan otak untuk berpikir kreatif. Sebagai referensi, tips berlatih salah satunya dapat dibaca di sini.
    Intinya, musisi profesional telah menginspirasi orang lain untuk menemukan keindahan dan kecintaan yang diwujudkan dalam permainan yang indah dan ‘dalam’. Mendengarnya membuat kita jatuh hati sehingga tertarik untuk ikut mempelajarinya. Untuk kasus gitar klasik ini, walaupun sempat mengikuti les gitar klasik saat SMP, tapi rasanya ‘hambar’ sehingga ditinggalkan. Nah, kehadiran bung Jubing dan permainannya telah membangkitkan kenangan lama dan mengubah rasa ‘hambar’ tadi menjadi ‘manis’. Walaupun terasa ‘pahit’ saat berlatih, tapi kalau sudah bisa, ‘manis’ rasanya. Lebay? Ah dikit-dikit lebay, plis deh :P
  2. Banyak lagu-lagu Indonesia dalam albumnya yang diaransemen ulang untuk dimainkan dengan gaya acoustic fingerstyle tersebut seperti Ambilkan Bulan, Melati dari Jayagiri, Indonesia Pusaka, Delman Fantasy, Hujan Fantasy, dan sebagainya. Menurutnya, komposisi lagu-lagu Indonesia lama ini tidak kalah menarik dibanding lagu-lagu import. Ini menarik sekali. Setelah diaransemen ulang, lagu-lagu tersebut terdengar ‘ramai’ dan indah. Bangga juga rasanya memainkan lagu Indonesia aseli dalam gaya gitar klasik. Biasanya kan yang dimainkan adalah karya-karya komposer Barat yang kita sama sekali tidak mengerti cerita lagu-lagu itu, atau kalaupun tahu, rasanya tidak nyambung dengan iklim kehidupan tanah air ini. Keren sih kalau sudah memainkan karya-karya klasik yang njelimet dan terasa ‘tinggi’. Lalu orang-orang bertepuk tangan tanda kagum. Kagum karena tampak canggih, walaupun tidak mengerti ceritanya :P
    Dilihat dari aransemennya, jelas tak mudah untuk dibuat. Jadi, salut untuk bung Jubing yang sudah menyumbangkan karya aransemen lagu-lagu Indonesia untuk gitar klasik. Singkatnya, senang dan bangga memainkan lagu Indonesia dengan gaya acoustic fingerstyle.
Dua alasan ini cukup, kan? :)
Lalu, belajarnya mulai dari mana?
Banyak jalan untuk memulai belajar gitar klasik ini. Paling mudah ya ikut kursus. Tak perlu banyak urusan, ikuti saja kurikulum yang sudah disediakan. Atur waktu, bayar gurunya, beli bukunya, selesai urusan. Tapi jangan lupa berlatih dan berlatih. Biasanya untuk yang satu ini butuh motivasi lebih. Secara alami kita akan malas berlatih. Rasanya sudah cukup dengan mengikuti kursus dan hadir saat jam pelajaran. Bangga sudah ikut kursus, padahal kan baru mulai, belum  bisa apa-apa. Seringkali waktu kursus yang hanya setengah jam habis untuk melatih materi pertemuan sebelumnya karena tidak dilatih di rumah. Semakin sulit lagu, semakin butuh waktu berlatih. Jika tidak disikapi dengan baik, sayang uang dan sayang waktu. Lalu akhirnya frustasi karena merasa semakin tertinggal. Semenjak itu siswa tidak pernah datang lagi (gurunya juga tidak mencari), dan les gitar pun berakhir tragis. Bagaimana, terasa menjiwai, bukan? Maklumlah, pengalaman pribadi :P
Tentu banyak pula siswa yang sukses mengikuti kursus ini. Syaratnya selain bakat, dukungan orang tua, lingkungan, guru, dan fasilitas, tentu tidak lupa berlatih dan berlatih. Sayang sekali tidak ada cara instan bermain musik. Ada sih, kalau melihat judul buku-buku musik rilis terbaru belakangan ini. “Menjadi gitaris handal dalam sehari”,”Cara Cepat Bermain Keyboard”, “Jurus Cepat Menguasai Accord”, dan sebagainya. Sebagai catatan, contoh tersebut bukanlah judul asli buku, saya hanya mengarang indah sesuai ingatan yang intinya menawarkan cara instan jago bermusik. Bisa jadi memang bisa dikuasai dalam waktu singkat untuk jurus-jurus atau lagu-lagu tertentu, tapi biasanya penulis tetap sangat menyarankan untuk memperbanyak latihan. Lagipula, kita membutuhkan bumbu-bumbu kesalahan dan kesulitan untuk mendapatkan feeling yang pas, bukan begitu?
Cara berikutnya adalah dengan otodidak. Belajar sendiri. Sumbernya? Wuih, banyak sekali. Situs, buku, software, apapun namanya banyak sekali memberikan pelajaran semacam jump start atau quick start bermain gitar klasik. Metodenya macam-macam, tinggal pilih sesuai kebutuhan dan kesukaan. Yang jelas tidak ada jaminan mutu, karena tidak ditemani guru yang bersertifikat, hehehe. Tapi yang menyenangkan ada proses berpikir dan merasakan saat belajar. Mau belajar apa dulu, dari mana, bagaimana caranya, berapa lama, kapan saja, setelah ini apalagi, dan seterusnya. Kita jadi lebih fleksibel mengukur dan mengapresiasi diri. Kadang, dalam kursus guru sudah memberikan materi kedua saat yang pertama belum kita kuasai dengan baik. Belum ‘klik’. Wajar saja karena ada tuntutan kurikulum dan waktu. Jalan tengahnya tentu mengkombinasikan otodidak dan berguru. Selain bisa berpikir dan mengatur diri, adanya guru jelas dapat memberikan ilmu lebih berikut umpan balik berupa kritik dan masukan yang kita butuhkan untuk mengembangkan permainan kita.
Jadi, selamat belajar gitar klasik.
Sebagai penutup, tak seru jika tidak dicoba langsung. Berikut ini dari lagu “Ambilkan Bulan”. Selamat mendengarkan.
Oya, mohon maaf jika tidak sebaik aslinya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar